Simalungun - Lantaran kepedulian yang tinggi pada masyarakat, JR menghelat operasi bibir sumbing gratis di RS Efarina Etaham Berastagi. Program yang sedianya dilangsungkan selama tiga hari, dari Kamis (22/10) hingga Sabtu (24/10) ini, diikuti puluhan warga di Simalungun, Karo, dan sekitarnya.
Delapan tahun silam, Rita Elfrida Purba tak menyangka anaknya akan terlahir dengan kondisi fisik yang berbeda, laiknya kebanyakan orang. Bibir sisi atas bayi laki-lakinya, Marfin Ratondua Sipayung, terangkat hingga menyentuh bagian langit-langit mulut. "Dokter memvonis anak saya menderita kelainan bibir sumbing," ujarnya pada Kamis (22/10). Sontak air matanya pun tumpah kala itu. "Saya tak tahu bagaimana melukiskan perasaan saya, sedih, bingung, kecewa, semua beradu," kenangnya.
Warga Negeri Dolok, Simalungun itu bahkan sempat berteriak menyalahkan Tuhan atas kondisi yang menimpa putra pertamanya. Namun lambat laun, Rita mencoba berlapang dada. "Lama-lama saya sadar, anak ini adalah titipan Tuhan yang harus saya rawat dengan penuh cinta kasih. Tak peduli bagaimana kondisi yang menimpanya," ungkap perempuan berambut pendek itu. Hanya satu hal yang kerap mengganjal hati Rita, "Saya takut Marfin diejek oleh kawan-kawannya," tuturnya.
Rasa cemas yang menyelimuti Rita, akhirnya membuat ia bekerja keras supaya sang anak bisa dioperasi di rumah sakit. Selang beberapa tahun kemudian, Marfin kecil memperoleh hadiah operasi bibir sumbing gratis dari lembaga donasi Belanda. "Sayangnya, operasi perdana itu tak mampu membuat bibir Marfin betul-betul terlihat normal. Anak saya masih membutuhkan operasi lanjutan," ungkap ibu dua anak ini. Pasalnya, pasca menjalani operasi tersebut, Marfin masih sukar berbicara dengan lafal yang jelas.
Cobaan yang menimpa Rita rupanya belum usai. Pada medio 2014, sang suami menghembuskan napas terakhirnya akibat menderita demam tinggi berhari-hari. "Saya terpukul sekali waktu itu. Di tengah usaha mengumpulkan uang bersama untuk operasi Marfin, kepala keluarga kami meninggal. Sementara itu, penghasilan saya yang hanya mencapai sejuta rupiah dari hasil ladang, hanya cukup untuk makan kedua anak saya," akunya.
Rita lantas memutar otak untuk mengobati putra kesayangannya. Sampai puncaknya, pada Sabtu (10/10), Bupati Simalungun, JR Saragih berjanji menanggung semua biaya operasi bibir sumbing atas Marfin. "Saya senang bukan main. Pagi-pagi saat masih di ladang, saya diberi tahu guru sekolah Marfin, bahwa ia akan dioperasi gratis kembali untuk kedua kalinya," jelasnya.
Tak makan waktu lama, ia segera mengemasi barang-barangnya menuju Puskesmas Negeri Dolok, Simalungun. Dari puskesmas tersebut, ia diantar menggunakan ambulans menuju lokasi operasi massal bibir sumbing di RS Efarina Etaham Berastagi. "Saya senang, terharu, dan menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kemurahan hati Pak JR yang menanggung biaya operasi Marfin," ungkapnya.
Rasa haru juga menggelayuti pasangan Ritayani dan Kitik Malem, warga Hutabangun, Karo. Anak laki-lakinya, Ahmad Dhani (8) yang juga menderita bibir sumbing, diganjar operasi gratis. "Terima kasih atas uluran tangan Bupati Simalungun yang bersedia membantu anak saya," ujar Ritayani. Ia mengaku tak pernah bermimpi anaknya akan kembali pulih. "Saya hanya jualan jajanan di warung kecil depan rumah. Sementara suami bekerja sebagai sopir angkot. Untuk mengumpulkan biaya operasi senilai puluhan juta, jelas itu di luar kuasa kami," ungkapnya sembari berkaca-kaca. Sampai akhirnya, ia memperoleh info bahwa RS Efarina Etaham Berastagi membuka operasi bibir sumbing massal, spontan ia langsung mendaftar.
Menginap tiga hari di Efarina, Ritayani mengaku memperoleh perlakuan yang baik. "Anak saya sudah menjalani proses pemeriksaan total sebelum menjalani operasi, mulai rontgen dada, cek darah, dan lainnya,"ujarnya lagi. Pasien lain penderita bibir sumbing, Juni Situmorang juga memperoleh operasi bibir sumbing gratis dari JR. "Saya sangat berterima kasih pada Bupati karena sudah membiayai operasi saya. Harapan saya semoga operasi ini berlangsung lancar. Pun saya bisa kembali bersosialisasi dengan rekan-rekan, tanpa harus merasa rendah diri," jelas siswa kelas X SMA itu.
Biaya Ditanggung JR Sepenuhnya, Operasi bibir sumbing massal yang digelar di RS Efarina Etaham bukanlah program anyar. "Setiap tahunnya minimal tiga kali, saya sudah menginisiasi pelbagai program kesehatan, mulai operasi bibir sumbing gratis, operasi hernia, syaraf, dan lainnya. Khusus untuk operasi bibir sumbing, lantaran itu tak dijamin dalam BPJS, maka saya lah yang merogoh kocek pribadi untuk mengobati pasien-pasien tersebut," urainya. Selain membuka pendaftaran mandiri, pasien-pasien penderita bibir sumbing diinventarisir lewat kunjungan ke tiap daerah.
Jan Maurisdo, Kepala Dinas Kesehatan Simalungun mengatakan, saban kunjungan ia mendata jumlah pasien bibir sumbing hingga ke pelosok nagori di Simalungun. "Dalam setiap kunjungan untuk pemetaan pasien, pasti Bupati ikut terjung langsung mengawal," tuturnya.
Maurisdo mengatakan, JR kerap tersentuh menyaksikan penderita bibir sumbing. "Operasi bibir sumbing termasuk kategori kosmetika, sehingga tidak ditanggung BPJS. JR lah yang kemudian menjamin semua biaya operasi tersebut," ujarnya. Menurutnya, jika tidak dibebaskan biayanya, dalam sekali operasi, jumlah biaya operasi bibir sumbing mencapai 10 hingga 15 juta rupiah. "Kita harapkan ke depan, pasca operasi mereka akan jauh lebih percaya diri," ungkap JR kepada wartawan.
Ia menjelaskan, operasi semacam ini akan terus berjalan secara berkesinambungan setiap tahunnya. "Siapa pun boleh mendaftar se-Sumatera Utara. Tak harus warga Simalungun. Di sini semua pasien bibir sumbing akan memperoleh pelayanan yang egaliter. Tak ada pembedaan, baik kaya maupun miskin," imbuhnya. JR mengungkapkan, akan selalu siap membantu, khususnya warga di Simalungun, untuk memperoleh akses kesehatan yang memadai. "Saya diberikan berkat dan kekuatan oleh Tuhan untuk membantu sesama. Sebab, menolong orang bagi saya memberikan energi positif tiap harinya," ucapnya.
Hingga sejauh ini, jumlah pasien yang mendaftar untuk ikut operasi pasien bibir sumbing sebanyak 11 orang. Sepuluh orang di antaranya adalah warga Simalungun. Sampai tiga hari ke depan, menurut Maulidia S., Kepala Seksi Kesehatan Khusus, jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah. "Kami dari Dinas Kesehatan dan rumah sakit memang sengaja tak membatasi, siapa saja yang mau operasi bibir sumbing bisa mendaftar," tuturnya. (Purnama Ayu)
SIMALUNGUN -
Lantaran kepedulian yang tinggi pada masyarakat, JR menghelat operasi
bibir sumbing gratis di RS Efarina Etaham Berastagi. Program yang
sedianya dilangsungkan selama tiga hari, dari Kamis (22/10) hingga Sabtu
(24/10) ini, diikuti puluhan warga di Simalungun, Karo, dan sekitarnya.
Delapan tahun silam, Rita Elfrida Purba tak menyangka anaknya akan
terlahir dengan kondisi fisik yang berbeda, laiknya kebanyakan orang.
Bibir sisi atas bayi laki-lakinya, Marfin Ratondua Sipayung, terangkat
hingga menyentuh bagian langit-langit mulut. "Dokter memvonis anak saya
menderita kelainan bibir sumbing," ujarnya pada Kamis (22/10). Sontak
air matanya pun tumpah kala itu. "Saya tak tahu bagaimana melukiskan
perasaan saya, sedih, bingung, kecewa, semua beradu," kenangnya. Warga
Negeri Dolok, Simalungun itu bahkan sempat berteriak menyalahkan Tuhan
atas kondisi yang menimpa putra pertamanya. Namun lambat laun, Rita
mencoba berlapang dada. "Lama-lama saya sadar, anak ini adalah titipan
Tuhan yang harus saya rawat dengan penuh cinta kasih. Tak peduli
bagaimana kondisi yang menimpanya," ungkap perempuan berambut pendek
itu. Hanya satu hal yang kerap mengganjal hati Rita, "Saya takut Marfin
diejek oleh kawan-kawannya," tuturnya. Rasa cemas yang menyelimuti Rita,
akhirnya membuat ia bekerja keras supaya sang anak bisa dioperasi di
rumah sakit. Selang beberapa tahun kemudian, Marfin kecil memperoleh
hadiah operasi bibir sumbing gratis dari lembaga donasi Belanda.
"Sayangnya, operasi perdana itu tak mampu membuat bibir Marfin
betul-betul terlihat normal. Anak saya masih membutuhkan operasi
lanjutan," ungkap ibu dua anak ini. Pasalnya, pasca menjalani operasi
tersebut, Marfin masih sukar berbicara dengan lafal yang jelas. Cobaan
yang menimpa Rita rupanya belum usai. Pada medio 2014, sang suami
menghembuskan napas terakhirnya akibat menderita demam tinggi
berhari-hari. "Saya terpukul sekali waktu itu. Di tengah usaha
mengumpulkan uang bersama untuk operasi Marfin, kepala keluarga kami
meninggal. Sementara itu, penghasilan saya yang hanya mencapai sejuta
rupiah dari hasil ladang, hanya cukup untuk makan kedua anak saya,"
akunya. Rita lantas memutar otak untuk mengobati putra kesayangannya.
Sampai puncaknya, pada Sabtu (10/10), Bupati Simalungun, JR Saragih
berjanji menanggung semua biaya operasi bibir sumbing atas Marfin. "Saya
senang bukan main. Pagi-pagi saat masih di ladang, saya diberi tahu
guru sekolah Marfin, bahwa ia akan dioperasi gratis kembali untuk kedua
kalinya," jelasnya. Tak makan waktu lama, ia segera mengemasi
barang-barangnya menuju Puskesmas Negeri Dolok, Simalungun. Dari
puskesmas tersebut, ia diantar menggunakan ambulans menuju lokasi
operasi massal bibir sumbing di RS Efarina Etaham Berastagi. "Saya
senang, terharu, dan menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas kemurahan hati Pak JR yang menanggung biaya operasi Marfin,"
ungkapnya. Rasa haru juga menggelayuti pasangan Ritayani dan Kitik
Malem, warga Hutabangun, Karo. Anak laki-lakinya, Ahmad Dhani (8) yang
juga menderita bibir sumbing, diganjar operasi gratis. "Terima kasih
atas uluran tangan Bupati Simalungun yang bersedia membantu anak saya,"
ujar Ritayani. Ia mengaku tak pernah bermimpi anaknya akan kembali
pulih. "Saya hanya jualan jajanan di warung kecil depan rumah. Sementara
suami bekerja sebagai sopir angkot. Untuk mengumpulkan biaya operasi
senilai puluhan juta, jelas itu di luar kuasa kami," ungkapnya sembari
berkaca-kaca. Sampai akhirnya, ia memperoleh info bahwa RS Efarina
Etaham Berastagi membuka operasi bibir sumbing massal, spontan ia
langsung mendaftar. Menginap tiga hari di Efarina, Ritayani mengaku
memperoleh perlakuan yang baik. "Anak saya sudah menjalani proses
pemeriksaan total sebelum menjalani operasi, mulai rontgen dada, cek
darah, dan lainnya,"ujarnya lagi. Pasien lain penderita bibir sumbing,
Juni Situmorang juga memperoleh operasi bibir sumbing gratis dari JR.
"Saya sangat berterima kasih pada Bupati karena sudah membiayai operasi
saya. Harapan saya semoga operasi ini berlangsung lancar. Pun saya bisa
kembali bersosialisasi dengan rekan-rekan, tanpa harus merasa rendah
diri," jelas siswa kelas X SMA itu. Biaya Ditanggung JR Sepenuhnya
Operasi bibir sumbing massal yang digelar di RS Efarina Etaham bukanlah
program anyar. "Setiap tahunnya minimal tiga kali, saya sudah
menginisiasi pelbagai program kesehatan, mulai operasi bibir sumbing
gratis, operasi hernia, syaraf, dan lainnya. Khusus untuk operasi bibir
sumbing, lantaran itu tak dijamin dalam BPJS, maka saya lah yang merogoh
kocek pribadi untuk mengobati pasien-pasien tersebut," urainya. Selain
membuka pendaftaran mandiri, pasien-pasien penderita bibir sumbing
diinventarisir lewat kunjungan ke tiap daerah. Jan Maurisdo, Kepala
Dinas Kesehatan Simalungun mengatakan, saban kunjungan ia mendata jumlah
pasien bibir sumbing hingga ke pelosok nagori di Simalungun. "Dalam
setiap kunjungan untuk pemetaan pasien, pasti Bupati ikut terjung
langsung mengawal," tuturnya. Maurisdo mengatakan, JR kerap tersentuh
menyaksikan penderita bibir sumbing. "Operasi bibir sumbing termasuk
kategori kosmetika, sehingga tidak ditanggung BPJS. JR lah yang kemudian
menjamin semua biaya operasi tersebut," ujarnya. Menurutnya, jika tidak
dibebaskan biayanya, dalam sekali operasi, jumlah biaya operasi bibir
sumbing mencapai 10 hingga 15 juta rupiah. "Kita harapkan ke depan,
pasca operasi mereka akan jauh lebih percaya diri," ungkap JR kepada
wartawan. Ia menjelaskan, operasi semacam ini akan terus berjalan secara
berkesinambungan setiap tahunnya. "Siapa pun boleh mendaftar
se-Sumatera Utara. Tak harus warga Simalungun. Di sini semua pasien
bibir sumbing akan memperoleh pelayanan yang egaliter. Tak ada
pembedaan, baik kaya maupun miskin," imbuhnya. JR mengungkapkan, akan
selalu siap membantu, khususnya warga di Simalungun, untuk memperoleh
akses kesehatan yang memadai. "Saya diberikan berkat dan kekuatan oleh
Tuhan untuk membantu sesama. Sebab, menolong orang bagi saya memberikan
energi positif tiap harinya," ucapnya. Hingga sejauh ini, jumlah pasien
yang mendaftar untuk ikut operasi pasien bibir sumbing sebanyak 11
orang. Sepuluh orang di antaranya adalah warga Simalungun. Sampai tiga
hari ke depan, menurut Maulidia S., Kepala Seksi Kesehatan Khusus,
jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah. "Kami dari Dinas Kesehatan
dan rumah sakit memang sengaja tak membatasi, siapa saja yang mau
operasi bibir sumbing bisa mendaftar," tuturnya.(Purnama Ayu) - See more at: http://jrsaragih.com/detail-berita.php?page=118#sthash.tEHAHANZ.dpuf

ConversionConversion EmoticonEmoticon