Panggung Hiburan Rakyat Di Simalungun Lestarikan Budaya

Simalungun - Panggung Hiburan Rakyat akan diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Olah Raga Kabupaten Simalungun. Acara ini, menurut Kepala Dinas Pariwisata, Resman Saragih pada Rabu (30/11/2016), nantinya akan diadakan di lokasi Rest Area, Kecamatan Purba.

Resman Saragih berujar bahwa panggung hiburan rakyat ini intinya untuk melestarikan budaya Simalungun. Selain itu, kagiatan ini juga untuk memperkenalkan Rest Area. Di dalam rangkaian acaranya akan didukung dengan pelayanan dokumen kependudukan, pameran home indutri, dan pengobatan gratis. Hal ini dikatakan kepada wartawan seusai mengikuti apel parade nusantara, dan menyatakan bila kegiatan ini akan dilaksanakan pada Sabtu (03/12/2016), besok.

Untuk kegiatan budaya, sambung dari Resman, ada berbagai kegiatan yang akan dilakukan. Diantaranya, Catur Nagur, tari tarian (Tor- tor), dan penampilan juara dari Rondang Bittang yang kemarin yang kemarin sebelumnya telah diadakan.

Catur Nagur, sebagai salah satu rangkaian kegiatan budaya, mulai diperkenalkan pada masyarakat nusantara pada abad ke-5. Dahulu, di daerah kekuasaan Kerajaan Simalungun, catur adalah permainan bagi kaum bangsawan, raja dan petinggi-petinggi kerajaan.

Demikian pula, dengan Raja Nagur, pemuka dari Kerajaan Simalungun telah meninggalkan warisan yang unik, yakni Catur Nagur, sebuah permainan catur dengan ukuran raksasa. Tidak seperti lazimnya, permainan catur pada umumnya, karena, anak catur yang digunakan terbuat dari pahatan batu dan masing-masing mempunyai ukuran 1 meter. Selain itu, wadah yang digunakan juga cukup besar. Sehingga dibutuhkan bantuan tenaga untuk memindahkan setiap anak catur tersebut.

Pada masa Kerajaan Simalungun, tenaga bantuan tadi disebut dengan Jabolon. Sedangkan, orang yang mengangkat anak catur sesuai dengan instruksi yang memainkan permainan catur.

Penggiat Budayawan Simalungun, Sutan Saragih, mengatakan bahwa dahulu catur dipakai oleh Raja-Raja Nagur yang terbuat dari pahatan batu setinggi 1 meter. Ketika itu, permainan catur hanya untuk golongan bangsawan saja. Sebab, catur ukuran besar, memerlukan tenaga bantuan yang mengangkat dan itu disebut dengan Jabolon.

Catur Nagur, pada hari Sabtu tanggal 29 bulan Oktober 2016 lalu, diperkenalkan kembali ke masyarakat Siantar dengan kemasan budaya yang lebih akrab, berlokasi di Lapangan Parkir Pariwisata, Jalan Merdeka, Kecamatan Siantar Barat.

Walau, tidak sama persis dengan Catur Nagur yang sebenarnya, diharapkan event ini akan jadi agenda budaya tahunan yang wajib dilakukan Pemerintah Kota Siantar.

Sutan menjelaskan, event ini, untuk pertama kali dan orientasinya untuk mengenalkan budaya. Untuk saat sekarang, pihaknya hanya menggunakan catur dari pahatan kayu. Maka, untuk ke depan, lewat kegiatan ini, maka akan berusaha menyajikan catur yang terbuat dari batu yang menyerupai aslinya.

Selain mengenalkan kembali sejarah dan juga budaya, kegiatan yang diselenggarakan ini nantinya dapat menjadi sebuah medium antara pemimpin dengan warganya.

Artinya, pada event budaya Catur Nagur ini, ada sebuah ruang terbuka antara pejabat dengan pemimpin dan juga masyarakatnya.

Dalam event tersebut, kata Jutamardi Purba, penggiat budaya dari Koalisi Rakyat untuk Siantar Simalungun Sejahtera (Korasss), setiap pemain terbuka untuk umum. Event catur raksasa yang diselenggarakan secara perdana. Untuk kategori pertandingan, dilakukan dengan spontanitas.

Uniknya, pada catur nagur diselenggarakan oleh kelompok budaya Rayantara dan Korasss ini, setiap pemain menduduki singgah sana yang memang telah disediakan serta mengenakan Gotong Salalu (Ikat Kepala Simalungun) sebelum memulai pertandingan.

Baik Catur Nagur, maupun panggung hiburan rakyat memang diselenggarakan untuk masyarakat. Resman Saragih, di akhir wawancara mengatakan bahwa masyarakat dapat melihat langsung hiburan tersebut, dan diharapkan dapat pula meramaikannya.
Previous
Next Post »