Simalungun - Aliansi Masyarakat Simalungun mendesak pihak PLN agar memaksimalkan pelayanan dalam hal pendistribusian listrik sehingga tidak akan terjadi lagi pemadaman listrik di wilayah Kabupaten Simalungun.
Desakan dari Aliansi Masyarakat Simalungun dilontarkan pada sebuah aksi unjuk rasa sekitar 50-an warga Simalungun yang berlokasi di kantor PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Tragi Toba Gardu induk Pematangsiantar yang berada di Jalan Simalungun Permai, Nagori Dolok Marlawan, Kecamatan Siantar. Simalungun. Aksi ini berlangsung pada hari Kamis tanggal 24 bulan November 2016 dan dimulai pada pukul 10.00 WIB.
Jaintan Pandiangan selaku Koordinator Aksi yang dilakukan oleh Aliansi Masyarakat Simalungun, hingga saat ini pemadaman listrik yang berlangsung di Kabupaten Simalungun masih kerap terjadi. Hal ini keran belum adanya upaya dari PLN untuk memberikan pelayanan yang maksimal.
Jaintan menjelaskan adanya bukti terkait dengan pemadaman yang dilakukan adalah masih banyak keluhan-keluahan yang berasal dari masyarakat, terutama masyarakat Simalungun. Keluhan tersebut berupa telah sering terjadi pemadaman listrik.
Pemadaman ini, tentu saja sangat merugikan masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya, ucap Jaintan, akan menuntut PLN agar memberikan pelayanan maksimal dalam pendistribusian listrik bagi masyarakat yang berada di wilayah Simalungun.
Selain itu, PLN juga mendapatkan desakan agar membuat inovasi baru terkait dengan efektivitas penggunaan energi listrik. Jaintan menyebutkan bahwa pihaknya akan menuntut pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Simalungun supaya bersifat pro-aktif dan turut serta untuk mencapai solusi dalam memenuhi tuntutan dari masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan akan listrik.
Himel, selaku Manager unit Pelayanan Transmisi PT PLN Pematangsiantar, didampingi oleh jajarannya menjawab tuntutan dari pengunjuk rasa dengan menyampaikan permintaan maaf atas seringnya pemadaman listrik yang telah sering terjadi.
Himel menyampaikan secara langsung permintaan maaf dari pihaknya dengan mengatakan kalimat, “Atas ketidaknyamanan, kami mohom maaf.”. Setelah permintaan maaf dilontarkan, kemudian dia juga mengatakan bahwa tidak ada istilah pengistimewaan atas terjadinya pemadaman listrik yang telah terjadi.
Salah satu contoh tidak adanya pengistimewaan yang terjadi, sebagai contoh adalah pemadaman listrik tetap dilakukan meski di rumah pegawai PLN atau pimpinan PLN tetap mendapatkan pemadaman. Padahal, diakui olehnya, pemadaman tersebut tidak pernah diinginkan.
Dijelaskan kembali olehnya, pemadaman listrik yang telah terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena bertambahnya pemakaian arus listrik oleh masyarakat. Himel menjelaskan bahwa pihaknya telah mengupayakan antisipasi dengan membangun pembangkit sebagai sumber energi.
Hanya saja, ditambahkan oleh Himel, pendistribusian arus listrik tersebut akan terkendala jika PLN tidak membangun jaringan distribusi yang baru.
Penjelasan kembali dilanjutkan bahwa yang sebenarnya terjadi adalah saluran tidak bisa bertambah karena ada kendala. PLN tetap saja bekerja, pihaknya akan mengganti dengan pembangkit dengan kapasitas yang dua kali lipat dari sebelumnya.
Pihak PLN, terang Himel. akan membuat jaringan yang baru, berupa jalan tol listrik atau yang biasa disebut dengan SUTET. Hal ini yang masih mengalami kendala sehingga belum tuntas untuk dikerjakan.
Padahal, Himel mengutarakan bahwa pihaknya mengakui pembangkit sudah cukup untuk masyarakat Simalungun. Namun, belum semua menyadari pentingnya fungsi dari SUTET. Masih ada sebagian masyarakat yang bersikeras untuk menolak usulan tersebut dengan alasan bermacam-macam. Himel mengakui tidak tahu persisi alasan sebenarnya yang berasal dari masyarakat. Penolakan yang terjadi terkait dengan program pembangunan jalan tol listrik sehingga tidak jadi dijalankan.
Dengan demikian, maka tuntutan dari Aliansi Masyarakat Simalungun ditanggapi dengan baik oleh Himel, mewakili pihak PLN.

ConversionConversion EmoticonEmoticon